Idul Fithri dengan Era New Normal
Idul Fithri dengan Era New Normal Dalam Perspektif Psikologi Komunikasi
Oleh Reni Novia MIKom
SUDAH beberapa bulan terakhir masyarakat menjalankan regulasi pemerintah, yaitu pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pada awal dilakukan karantina, masyarakat menganggap bahwa untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, maka harus patuh terhadap kebijakan yang sudah dikeluarkan. Namun bulan demi bulan terlewati, masa kejenuhan mulai dirasakan sebagian masyarakat, karena harus bekerja, belajar, beribadah di rumah.
Terlebih memasuki bulan suci Ramadhan, yang biasanya diwarnai dengan rutinitas ibadah dan sosial budaya seperti ngabuburit, berbuka, dan sahur bersama, saat ini ditiadakan. Tempat-tempat yang menimbulkan kerumunan massa ditutup, mulai dari mall sampai rumah ibadah, termasuk didalamnya masjid. Himbauan untuk melaksanakan tarawih di rumah, dilaksanakan masyarakat dengan patuhnya. Membiasakan diri menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun menjadi hal yang biasa saat ini.
Covid-19 mengubah pola hidup masyarakat dalam beberapa bulan terakhir ini. Semua aktivitas yang dilakukan selama di rumah telah menjadi kebiasaan baru masyarakat. Maka seiring perubahan yang terjadi muncul istilah New Normal. Istilah ini memiliki makna perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Dilihat dari perspektif psikologi komunikasi , perilaku sendiri memang perlu dibatasi dengan adanya sebuah keadaan jiwa yang bisa membuat seseorang lebih mudah dalam berfikir dan juga berpendapat dan berprilaku. Dalam psikologi teori perilaku dapat diumpamakan dari berbagai suatu reaksi yang bisa berkaitan atau berhubungan dengan sebuah reaksi lingkungan. Salah satu konsep perubahan perilaku yang bisa menjabarkan era New normal adalah konsep Health Belief Model.
Health Belief Model (1950) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor esensial dalam perubahan perilaku masyarakat.
Kesiapan perilaku masyarakat untuk merubah perilaku dalam rangka menghidari suatu penyakit, atau memperkecil risiko kesehatan adanyanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
Maka, penulis dapat simpulkan dari konsep Health Belief Model dengan era New Normal yang saat ini muncul bahwa semua perubahan perilaku yang terjadi tergantung pada kesiapan masyarakat di suatu wilayah, untuk menghindari Covid-19, agar memperkecil risiko penularan. Selain itu, lingkungan sangat menentukan setiap individu untuk melakukan perubahan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru seperti saat ini. Dan tentunya setiap perubahan, terlebih perubahan ke arah positif harus dimulai dari perilaku individu itu sendiri.
Menjelang Idul Fitri yang beberapa hari lagi dilaksanakan, Majelis Ulama Indonesia ( MUI) telah mengeluarkan Fatwa No 28 Tahun 2020 tentang panduan kaifiat takbir dan shalat Idul Fitri saat pandemi Covid-19. Yang berisi anjuran untuk melaksanakan Takbir dan ibadah solat ied dilakukan di rumah. Memang tidak mudah untuk menjalankan kebiasaan yang sudah sejak lama dilakukan, yaitu solat Ied di masjid secara berjamaah dengan keluarga dan kerabat, bersilahturahmi, berjabat tangan. Namun kembali lagi pada masing –masing individu untuk bisa saat ini merubah perilaku dengan menghindari keramaian, agar membantu memutus penyebaran Covid-19 yang sudah beberapa bulan dilewati. Masyarakat bisa tetap bersuka cita menyambut Idul Fitri dengan normal, namun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang selama ini sudah dilaksanakan.***