App. Zoom Meet/Webex
App. Zoom Meet/Webex: Media Alternatif Kekinian yang Efektif & Aplikatif Dalam Proses Pembelajaran Daring di Rumah
Oleh: Yoni Haris Setiawan
Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK)
Institut Bisnis Muhammadiyah/IBM Bekasi
CEO Lembaga Motivasi Training & Edukasi Literasi QURUTA Management Indonesia
Konseptual dan kontekstual pendidikan, pembimbingan, pengajaran dan pembelajaran sesungguhnya sudah diterapkan sejak berabad-abad lalu. Konsep dan konteks itu sudah diikuti dan dialami tenaga pengajar/pendidik atau orangtua yang berlaku/diterapkan dengan pola/cara/sistem/metode/teknik pada zamannya itu. Waktu terus berjalan, era/masa/orde/zaman terus berubah. Apakah pola itu juga berjalan pada pakemnya dan tidak berubah mengikuti perubahan zaman? Hal ini ditegaskan oleh Sabda Rasulullah SAW: “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”
DUNIA dihentakkan oleh makhluk Tuhan yang sangat kecil yang begitu dahsyat merajalela ke setiap langkah, ke setiap harapan, ke setiap sel-sel tubuh manusia, ke setiap darah, ke setiap detak jantung, ke setiap hela nafas. Merasuk, menggerogoti, mematikan dan membunuh. Dunia terpapar, dunia terinfeksi, dunia berduka. Hanya dengan makhluk kecil virus yaitu Covid-19 telah menyerang, menjalar, melumpuhkan segala jiwa, segala rasa, ke segala sendi kehidupan. Dunia berdo’a, tak terkecuali Republik ini berduka, bergerak mencegah, melakukan pembatasan interaksi-komunikasi sosial.
Bermuhasabah, Republik ini berdo’a untuk segera menghentikan, mengakhirinya dengan segala bentuk daya upaya dan antisipasi. Tim Medis (paramedis) yang berjibaku siang malam, meninggalkan keluarga sebagai pahlawan yang selalu berada di garda terdepan tidak memikirkan akan keselamatan jiwanya, yang terpenting masyarakat dan bangsa ini bisa sehat dan hidup normal seperti sediakala. Kita berduka mendalam menghantarkan paramedis yang telah mendahului kita, itulah risiko dari sebuah profesi, risiko dari sebuah pengabdian. Semoga Tuhan senantiasa melapangkan dan membalas dengan balasan yang setimpal.
Dalam kondisi seperti ini, jangan pernah menyebut berapa kerugian negara ini untuk mencegah dan menghentikan jumlah eskalasi penularan Covid-19. Jangan pernah mengkalkulasikan nominal yang telah digelontorkan. Rakyat sudah terlalu lama didera derita, nestapa, kesulitan-kesulitan, saat ini untuk mencari sebutir nasi pun begitu terseok-seok karena aturan yang mesti dipatuhi belum lagi dari tempat kerja di putus hubungan kerja (PHK), dilematis memang. Pandemi Covid-19 ini merupakan urusan bersama, kesehatan penduduk lebih penting daripada hanya sekadar membaca dan mempersoalkan angka-angka kalkulatif.
Sampai saat ini berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per Minggu (17/5) pukul 12.00 WIB bertambah 489 orang sehingga totalnya menjadi 17.514 dan terus akan bertambah Sedangkan pasien sembuh menjadi 4.129 setelah ada penambahan 218 orang dan kasus meninggal menjadi 1.148 dengan penambahan 59 orang. Lima provinsi dengan angka kasus positif terbanyak adalah Provinsi DKI Jakarta dengan total kasus 6.010 disusul Jawa Timur sebanyak 2.152, Jawa Barat 1.652, Jawa Tengah 1.157, Sulawesi Selatan 951 dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 17.520 orang.
Kondisi untuk menjaga kesehatan menjadi tanggung jawab bersama. Ironisnya kemana yang dulu berteriak-teriak di panggung-panggung untuk meraih simpati berebut suara meraih kursi-kursi empuk meneriakkan atas nama derita dan keadilan rakyat. Kemana dan dimana bendera-bendera terpancang dan terpampang kokoh yang mengusungnya bersembunyi? Seiring pandemi Covid-19 teriakan itu sunyi bahkan tak terlihat bendera-bendera warna-warni terpancang di sudut-sudut kenestapaan rakyat untuk mendatangi, melayani dan menyantuni partisipannya yang telah memperjuangkannya, kini hampir mati kehilangan semuanya.
Covid-19 pencegahannya diperkiraan akan lama bahkan penyebarannya semakin meluas, Saat ini, tidak dan atau belum ditemukan secara paten vaksin yang dapat melindungi orang dari jenis virus corona ini, tetapi para peneliti berniat mengembangkannya. Ini adalah jenis virus baru yang belum pernah terjadi pada manusia sebelumnya, yang berarti dokter masih harus mempelajarinya. Virus ini akan bereskalasi bila vaksin belum ditemukan, sehingga kita akan memasuki kehidupan berdamai dengan Covid-19 sesuai Potokol Kesehatan.
Belum ada vaksin untuk virus ini. Sangat sedikit pula hal-hal yang dapat dilakukan orang-orang, di luar menjaga kebersihan, untuk meminimalkan risiko. Dokter akan berusaha mendiagnosis dan mengisolasi orang yang terjangkit secepat mungkin, juga melacak orang-orang yang berhubungan dekat dengan pasien itu, untuk mencegah virus menyebar berdasarkan tingkat risiko penyebaran yaitu, rendah; tidak ada anggota masyarakat di wilayah kabupaten/kota yang terjangkit virus corona, sedang; ada beberapa anggota masyarakat di wilayah kabupaten/kota yang diduga terjangkit virus corona, dan tinggi; ada anggota masyarakat terkonfirmasi terjangkit Covid-19 atau virus corona di daerahnya.
Covid-19 sangat terasa berdampak pada sektor pendidikan. Lalu bagaimana sektor pendidikan menyikapi hal ini? Dengan proses pembelajaran yang normal yang biasa dilakukan? Semua komponen di lembaga pendidikan dasar dan menengah baik itu manajerial pendidik (kepala sekolah), tenaga pendidik (guru), peserta didik (murid), dan di lembaga pendidikan tinggi Rektor, Dosen, dan mahasiswa yang saat ini semua mengalami titik ketidakstabilan dan stagnasi proses pembelajaran atau perkuliahan yang tidak berjalan sebagaimana lazimnya.
Mengacu pada Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Corona Virus Disease (Covid-19) pada Satuan Pendidikan dialamatkan kepada Kadin Pendidikan Provinsi, Kadin Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi, Pimpinan Perguruan Tinggi dan Kepala Sekolah di seluruh Indonesia. Terkait belajar dari rumah, Mendikbud menekankan bahwa pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh, dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
Pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai virus corona dan wabah Covid-19. Adapun aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah. Di lain pihak Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud mengeluarkan surat edaran tentang masa belajar dan penyelenggaraan program pendidikan selama darurat virus corona. Hal ini didasarkan pada Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Terkait Surat Edaran Kemendikbud, Dirjen Dikti merangkum diantaranya menyampaikan ketentuan memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah bagi siswa dan mahasiswa.
Kekacauan dan ketidakfokusan berfikir (baca: kondisi stress) semakin terasa pada peserta didik (siswa/mahasiswa) ketika pembelajaran daring/online diberlakukan. Sementara saat ini berfikir normal (think normally) dalam memenuhi kebutuhan primer dan skunder ataupun sandang, pangan, dan papan serta interaksi, komunikasi sosial dan pendidikan sudah terbiasa dilakukan tanpa terkendala. Namun dalam kondis Covid-19 berfikir normal sangat dicegah, yang harus dilakukan adalah kondsi berfikir darurat (emergency thinking) dan berfikir solusi cepat (think quick solution). Dalam dunia pendidikan pada kondisi emergency thinking dan think quick solution sangat jarang dilakukan, namun pada kondisi Covid-19 sangatlah diperlukan dan diberlakukan. Hal ini tiada lain untuk tetap berjalannya proses pembelajaran alternatif atau pengganti dari kebiasan normal.
Berfikir darurat dan solusi cepat penerapannya dapat dilakukan dalam bentuk Work From Home (bekerja dari rumah), Stay At Home (tinggal di rumah), Home Schooling (sekolah di rumah) atau Learning from Home/LFH (belajar dari rumah) sudah tepat dilakukan dalam kondisi Covid-19. Pembelajaran dengan jaringan/daring/online sudah menjalar saat ini dimana harus ada keberpaduan antara guru dan orangtua supaya berperan aktif melakukan pendampingan pembelajaran yang intens, terkontrol dan dinamis–humanis kepada anak dalam learning from home/LFH (belajar dari rumah).
Learning from home/LFH) untuk menyampaikan materi dan tugas-tugas sekolah/kampus di antaranya menggunakan aplikasi WA, tutorial video, dan zoom/webex ini merupakan media alternatif kekinian yang efektif dan aplikatif dalam proses pembelajaran daring/online di rumah. Saat ini media zoom/webex sedang digandrungi dan disebarluaskan oleh tenaga pendidik (guru/dosen) karena memiliki keunikan yang paling memiliki dampak pada keluaran (output) sistem/pola pembelajaran daring. Di Home Schooling (sekolah di rumah) atau learning from home/LFH, setiap siswa/mahasiswa dilatih untuk bisa mandiri. Mandiri yang dimaksud bukan hanya pendidikan akan life skills, tetapi juga pendidikan untuk disiplin, mampu menempatkan diri, bertoleransi, gotong royong, serta mengutamakan kejujuran dalam koridor orangtua diberikan peran lebih untuk mendampinginya.
Bagi masyarakat kritis proses pembelajaran dengan menggunakan aplikasi zoom/webex dan aplikasi lainnya menjadi suatu kebutuhan harus dilatih, ditanamkan dan menjadi new habit. Jika ini berkelanjutan maka pendidikan karakter-skill-menganlisa permasalahan–mencari pemecahan dapat dengan sendirinya anak menjadi terasah kecerdasanya–daya fikirnya. Orangtua bila berperan optimal dalam Home Schooling (sekolah di rumah) atau learning from home/LFH dengan kata lain sudah menjalankan pendekatan dialogis (dialogical approach), pendekatan arif bijaksana (hati dan rasa) orangtua yang uswah, mengawasi, apalagi dengan menggunakan pola pembelajaran guru dan media, dan pola pembelajaran bermedia.
Berfikir darurat dan solusi cepat di rumah ini dengan keterpaduan lembaga pendidikan, tenaga pendidik dan orangtua dalam pembelajaran menggunakan media kekinian yaitu pembelajarn via daring (online) sudah tepat guna. Orangtua selama ini dalam berfikir normal bahwa pendidikan anak hanya dititipkan kepada tenaga pendidik (guru) atau lembaga pendidikan. Sekolah menjadi rumah pertama dalam belajar anak dalam memimbing masa depannya, padahal sistem pendidikan di Indonesia mengemukakan bahwa pendidikan itu meliputi pendidikan formal (PAUD, Dikdas, Dikmen, Dikti), pendidikan non formal (dilakukan di lembaga yang berada pada lingkungan masyarakat sebagai penambah, pengganti serta pelengkap), dan pendidikan informal (usaha belajar yang dilakukan di lingkungan keluarga dan masyarakat, belajar mandiri, yakni adanya perubahan dalam diri anak melalui beberapa aspek agama, budi pekerti, sikap, sopan santun, etika, dan kemampuan sosial). Sebenarnya jenis-jenis pendidikan diadakan dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak menjadi lebih baik lagi, mengasah bakat, mengeluarkan potensi, dan mengembangkan nilai karakter sehingga anak percaya diri dalam melakukan hal apapun).
Rumah dan keluarga merupakan pendidikan informal sebagai fakultas pengetahuan (faculty konwledge) sudah semestinya menjadi training and education institution (lembaga pelatihan dan pendidikan) yang tidak dinomorduakan yang hanya berlaku dalam kondisi berfikir darurat dan berfikir solusi cepat, yang lebih penting dalam kondisi berfikir normal rumah dan keluarga prioritas yang utama. Home Schooling (sekolah di rumah) atau learning from home/LFH sudah menjadi kebutuhan yang tidak lagi bisa ditawar-tawar karena anak-anak kita setiap hari selalu bersentuhan dengan dawai/gadget yang selama ini hanya dipergunakan untuk bermain games. Orangtua juga harus sudah sadar belajar, sadar pola pembelajaran dan familiar dengan media alternatif kekinian yang efektif dan aplikatif dalam proses pembelajaran daring di rumah tidak hanya whatsapp, twitter, instagram, e-mail namun harus diperkaya dengan aplikasi lain seperti zoom, google hangout meeting, skype, facetime, slack, cisco webex, dan lain-lain.
Dunia saat ini (masa pandemi COVID-19) berubah di semua bidang, termasuk salah satunya cara pelaksanaan orang tua dalam pendampingan belajar anak di rumah harus dapat dimaklumi. Namun, bila dirasakan dengan qona’ah di rumah banyak kemaslahatan diantaranya: bertambahnya kualitas berkumpul berjamaah (sholat, makan, diskusi, bercengkrama) dengan keluarga, instropeksi diri, kesabaran dalam sama-sama (suami-isteri) mengurus anak, membimbing belajar anak lebih banyak. Sekali lagi, belajar dari pandemi COVID-19 dengan menggunakan dawai/gadget dan aplikasi zoom, whatsapp, google hangout meeting, skype, facetime, slack, cisco webex, dan lain-lain sebagai media alternatif kekinian yang efektiff dan aplikatif dalam proses pembelajaran daring di rumah sangat membantu terhadap pentingnya pembangunan karakter individu anak dalam rangka menciptakan lingkungan kolektif yang seimbang dan ideal.
Keterpaduan tenaga pendidik (guru) dan orang tua dalam mensikapi perubahan dari pola lama ke pola baru nantinya akan terbiasa, dari ruang berskat menjadi ruang tanpa batas. Menjadi kebiasaan baru dengan ruang belajar sesuai zamannya sebagaimana yang telah ditegaskan Rasulullah SAW (“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamanya,……..”.), yaitu belajar sinkron (synchronous learning) yang terdiri dari Tatap Muka (live synchronous learning) metode ceramah, diskusi, demontrasi, praktik lab dll; Tatap Maya (virtual synchronous learning) konferensi, audio, video, web; Personal Mandiri (self directed synchronous learning), video, simulasi, slide presentasi, e-book dll; dan Kolaboratif (collaborative synchronous learning), chat forum, forum diskusi, collab project.
Jadi, sekolah tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mempersiapkan siswanya untuk bisa menjadi individu yang memberi kontribusi kolektif yang positif dengan cara membentuk karakter mereka masing-masing. Dengan pandemi Covid-19 kita dipacu melahirkan percepatan proses pembelajaran yang dapat memberikan tuntutan dan tuntunan zaman serta ketauladanan.
Kita memang harus menyadari dengan kondisi ini, tidak bersikap emosional dan arogan hanya untuk kepentingan sendiri yang terpenuhi dengan menerobos aturan yang sudah diberlakukan melalui Protokol Kesehatan baik itu Lockdown. Social Distancing, Fisical Distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Aturan tersebut bukan semata-mata mengekang hak seseorang untuk melakukan kehendaknya namun belajar dari sejarah para Nabi dan Rasul Allah yang terus didera derita dengan wabah dan penyakit sebagai ujian-Nya seperti yang di ujikan pada Nabi Ayyub As. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, wabah yang cukup dikenal adalah pes dan lepra. Nabi pun melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra, maupun penyakit menular lain.
Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Walau dalam kondisi seperti itu penyakit mewabah, semua adalah ujian dari Allah SWT, dalam kondisi apapun semua unsur tidak untuk berhenti menuntut ilmu (belajar) karena dari setiap peristiwa bencana, musibah, malapetaka dan apapun yang ditimpahkan kepada kita adalah kehendak-NYA. Ada i’tibar (makna pelajaran) yang mesti dipetik dan direnungkan untuk dipelajari. Kita tetap harus menuntut ilmu (belajar) sesuai dengan keadaan (zamannya).
Bersama kita cegah, eskalasi di tengah pandemi Covid-19 bila ada interaksi akan tinggi penularnnya. Kita bisa belajar dari pandemi Covid-19 ini, yaitu menjadi new habit (kebiasaan baru) yang mengkibatkan inovasi pendidikan, lebih memanfaatkan teknologi, anak-anak bisa banyak berdiskusi dengan orangtua, mahasiswa dapat menyelesaikan materi perkuliahan, para ekskutif berbondng-bondong ingin belajar lagi, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” –Ali Bin Abi Thalib.
Wallahu a’lam bish-shawabi.q
Leave a Reply